OaSE Perikanan Lab. SpI UGM
Di tengah suasana wabah Covid-19, yang kini dilabeli dengan era kenormalan baru, masing-masing kita mencoba menyesuaikan diri karena wabah ini telah mengubah sebagian besar pola kehidupan dan penghidupan kita, dari aspek kontak fisik, sosial, ekonomi, bahkan ritualitas keagamaan. Sangat berbeda dengan bencana lainnya, Covid-19 mengharuskan penangangan bencana dalam dua aspek secara bersamaan, yaitu: sebab dan akibat, sehingga sangat berat dan sulit. Jika sebab tidak tertangani maka akibat akan terus terjadi, dan akibat juga bisa terus menjadi sebab, yang mampu merambah aspek lainnya dalam kehidupan, sehingga kita tidak tahu pasti kapan berakhir.
Karenanya, cara pikir yang bisa dan mungkin harus kita pakai dalam situasi seperti ini adalah logika tindakan bersama, atau the logic of collctive action ala Mancur Olson, bukan pola pikir yang menuntun tragedy of the commons seperti dikemukan Garret Hardin. Kenapa? Tindakan seseorang memiliki implikasi bukan hanya pada seseorang itu tapi bagi semua orang. Artinya, kalau saya menjaga diri dengan patuh pada protocol covid-19 artinya tidak saja menjaga saya, tapi juga menjaga kamu, dia, dan semua orang. Atau sebaliknya, silakan dicoba dirangkai ya…! Tapi, berbagai dampak covid-19 telah kita lihat rasakan, Mengutip McKinsey & Company, dalam Covid-19 Briefing Materials di pertengahan April lalu, dua hal yang menjadi kewajiban kita yaitu menyelamatkan hidup kita dan menyelamatkan penghidupan kita.
Nah, untuk terus menghidupkan aktivitas penghidupan itu, bagi sebagian tentu tersedia beberapa alternatif, walaupun sangat terbatas bagi yang lain. Pun kampus, juga sebagian memiliki alternatif dan sebagian kesulitan beraktivitas. Laboratorium kami, Lab. Sosial Ekonomi Perikanan dan Penangkapan Ikan atau Lab. SpI UGM, telah merespon dengan aktivitas pembelajaran seperti kuliah, praktikum, dan pembimbingan daring. Untuk kembali meramaikan kegiatan laboratorium, kami menginisiasi kegiatan obrolan ringan secara daring. Obrolan itu lalu diberi nama: OaSE Perikanan (ObrolAn Sosial Ekonomi Perikanan) Lab. SpI UGM. Ya, saya pilih kata oase atau di KBBI tesaurus adalah oasis karena memiliki makna yang bagus. Tentu bagi banyak dari kita akan membayangkan terjemahan pertama dari oase, yaitu daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia (inipun makna yang bagus). Terjemahan keduanya sungguh bagi saya menarik, yaitu tempat, pengalaman, dan sebagainya yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan. Nah, terjemahan kedua inilah yang coba diadopsi sebagai tema kegiatan laboratorium ini, walaupun kepanjangannya bisa dipas-paskan…:).
Sebagai agenda pertama OaSE Perikanan ini, saya mencoba mengajak dua kawan muda di negeri seberang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait isu-isu sosial ekonomi perikanan. Dan gayut bersambung ternyata mereka bersedia berbagi, dan jadilah Sesi perdana OaSE Perikanan dimulai pada hari Kamis, 9 Juli 2020 Pukul 19:00 WIB yang lalu. Keduanya adalah mbak Ing. Hafida Fahmiasari, S.T., M.Sc, @hafidafhmsr, seorang Junior Transport Specialist di IFC, World Bank Group dan Blue Economy Researcher, yang membahas Isu-Isu Kontemporer pada Pengembangan Kebijakan Sistem Logistik Ikan dan mbak Anes Dwijayanti, M.Sc, @anes_sudarsono, Program Doktor IMAS Tasmania University berbicara tentang Perspektif Pengelolaan Lobster Australia. Dan cukup menyenangkan, bang Dirjen Zulfikar, @mzulficar, Dirjen Perikanan Tangkap KKP dengan senanghati mengiyakan memberi pengantar. Terima kasih!
Sedikit merangkum apa yang telah diobrolkan, bang dirjen tangkap menghighlighted bahwa saat ini momen terbaik perikanan tangkap karena stok ikan yang besar sebagai hasil berbagai upaya menjaganya dan melawan IUU fishing. Perikanan skala menengah dan besar, katakanlah kapasitas 100GT, harus dibangkitkan, dan daerah misal melalui badan usahanya (BUMD) harus mengambil bagian, tidak hanya mengandalkan pemerintah pusat. Ya, perubahan struktur armada perikanan ini telah lama disuarakan,tapi nampaknya belum banyak berubah (catatan lama soal struktur armada perikanan kita). Selanjutnya mbak Hafida menyoroti persoalan sistem logistik ikan kita, dan mensarankan beberapa skenario dan prioritas termasuk 12 pusat produksi dan distribusi serta 13 pusat penyangga. Tentu saja persoalan logistik ikan begitu kompleksnya dan nampak SLIN belum turun menjadi praktek, baru sebatas di atas kertas. Anyway, isu-isu pengelolaan rantai pasok ikan pernah kami rangkum, silakan diakses disini: Indonesia Seafood Supply Chain.
Tetkait pengelolaan lobster di Australia, mbak Anes menegaskah pentingnya pengeloaan dari sisi input, yaitu kegiatan penangkapan lobster memperhatikan bioekonominya. Ketika straegi pengelolaan lobster bergeser dari “ambil semua ukuran” ke ukuran yang lebih besar, maka nilai manfaat ekonominya meningkat lebih dari tiga kali lipat. Artinya, memberikan ruang bagi lobster untuk menjadi ukuran lebih besar baru ditangkap memberikan keuntungan jauh lebih besar daripada mengambilnya saat kecil. Jadi, solusi pengelolaan lobsternya ada pada aktivitas pemanfaatannya, dan itu perlu menjadi perhatian serius bagi kita juga saat ini. Kalau soal budidaya lobster, Anes menyampaikan bahwa Australia “tidak terlalu fokus” pada budidayanya, namun pengembangan hatchery lobster dilakukan secara konsisten selama 15-20 tahun terakhir. Cukup kuat dan sabar kah kita untuk konsisten mengembangkan pembenihan lobster kita untuk waktu sepanjang itu (walaupun kita ketahui ada yang memiliki progres baik). Sebagai catatan tambahan, dalam webinar kawan-kawan di Budidaya Perikanan Universitas Lampung pada tanggal 29 Mei 2020 yang lalu, kami tegaskan bahwa banyak kebijakan perikanan tidak berjalan sebelumnya, khususnya terkait lobster karena beberapa faktor dan itu harus menjadi perhatian, yaitu persoalan terkait: (1) proses perumusan kebijakan; (2)substansi kebijakan; dan (3) monitoring kebijakan yang tidak berjalan baik. Karenanya kebijakan baru perikanan lobster saat ini harus betul-betul dicermati baik-baik.
Silakan diunduh bahan obrolan OaSE Perikanan Sesi Perdana dari mbak Hafida Fahmiasari dan Anes Dwijayanti, serta yang kami sampaikan pada forum lain sebelumnya, Suadi dan Anes Dwijayanti, pada tautan nama-nama masing-masing kontributor.
Salam sehat selalu, senang bisa kembali menjadi blogger lagi…:).