Oleh-oleh menyUsur puLau kecIl

Menyusur pulau barangcaddi dan samalona (photo pemandangan di pinggiran pulau barangcaddi oleh suadi)

Beberapa waktu yang lalu menyusur beberapa pulau kecil di depan pusat kota makkasar, di kaki pulau sulawesi. Gugusan kepulauan spermonde yang cantik. Rasanya terakhir berkunjung ke salah satu pulau itu saat masih kuliah s1, lebih dari dua atau hampir tiga dekade lalu (ternyata sudah tua..:)). Dan menyusur gugusan pulau-pulau kecil terakhir mungkin 2 tahun lalu di maluku tengah….

Pulau yang dikunjungi kali ini, barangcadi  hanya cukup dikelililngi kurang lebih dengan 7.000 langkah kaki. Pulau kecil ini penuh pemukiman. Namun rasannya membanggakan melihat kebersihan pulaunya dan kerapian kampungnya. Di satu pojokkan pulau dengan mudah menemukan IPAL Komunal dan bahkan Bank Sampah. Disisi lain dari pulau juga ada unit destilasi air laut menjadi air tawar yang sudah tidak berfungsi, konon tinggalan proyek JICA, dan yang baru. Berkeliling di pinggir dan bagian tengah pulau, mudah menemukan berbagai aktivitas ekonomi masyarakat, dari mengelola ikan, warung, pedagang keliling, sampai kemahiran menghasilkan perahu fiber, dengan lukisan dinding yang dahsyat cantiknya. Ragam tanaman pun tumbuh, menandakan pulau yang subur, dan favorit saya adalah pohon kelor (parongge, dalam bahasa Bima).

Mendengarkan cerita salah satu tokoh, bahwa pulau ini sudah semakin rentan diterjan gelombang tinggi. Bahkan terakhir air masuk cukup jauh dan tinggi ke tengah pulau.  Nampak ada potongan bangunan pemecah gelombang di salah satu sisi pulau, tapi pastinya belum mampu melindungi pulau kalau ada  cuaca laut ekstrim lagi. Obrolan di kunjungan awal yang juga menarik adalah terkait dengan bagaimana hasil laut pulau kecill terkoneksi dengan intens dengan sentra pasar ikan dan selanjutnya industri pengolahan ikan, yang kemudian menghubungkan hasil laut pulau dengan negara-negara di dunia. Bahkan yang cukup menarik, hari itu mendengarkan penyampaian narasumber kami kalau mau bakar ikan pada  hari itu, maka harus ke paotere, pasar ikan sentral kota makassar atau di pulau utama. Jadi ikan yang ditangkap nelayan dengan segera akan bergeser dari pulau kecil ke pasar utamanya di luar pulau setiap harinya. Cerita tentang perjalanan ikan ini mengingatkan pada tulisan Berkes dkk. di Majalah Sciense edisi 17 Maret 2006 tentang Globalization, Roving Bandits, and Marine Resources atau cerita Kopi dalam perspektif analisis sosiologisnya Anthony Giddens. Ya, pulau kecil dinamikanya tidak berdiri sendiri atau oleh lingkungan di sekitarnya, tapi bahkan negeri yang jauh di belahan bumi lainnya. 

Sepertinya kinjungan pertama ini telah memikat untuk kembali dengan kunjungan berikutnya. Pesona pulau kecil, dimanapun selalu menggoda untuk didatangi lagi dan lagi….#lautmasadepan

Jika mau melihat sekilah video pendeknya silakan cek tautan ini